1. Marcel Proust
Marcel Froust, adalah sosok pria yang dikenal baik di dalam lingkungan masyarakat Prancis di awal hidupnya, namun di pertangahan tahun 30’an sebuah tragedi mengejutkan kehidupannya. Ayahnya meninggal pada tahun 1903, berselang kemudian sang ibu pada tahun 1905, semenjak itu Froust mulai mengalami banyak gangguan kesehatan. Antara tahun 1909 dan sampai kematiannya di tahun 1922, ia menjadi seorang penulis yang reklusif, dan mengerjakan novelnya yang terkenal, Remembrance of Things Past, semenjak itu jarang sekali ia terlihat keluar dari rumahnya. Dalam tiga tahun terakhir di masa hidupnya, ia hampir menghabiskan semua waktunya berada di ruangan gelap dan kedap suara, untuk tidur dan menuliskan mahakarya terakhirnya.
2. Emily Dickinson
Emily Dickinson setidaknya telah menerbitkan kurang dari selusin dari 1.800 puisi yang ditulis semasa hidupnya. Ia pun dikenal sebagai penyair penyendiri, enggan bergaul, sehingga terkadang membuat hidupnya lebih sulit. Ia bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di luar rumah keluarganya hampir selama 20 tahun hidupnya, ia pun tidak menghadiri pemakaman sang ayah, dan ia hanya mendengarkan jalannya ritual dari jendela kamarnya. Baru setelah kematiannya di tahun 1886, karyanya yang hebat ditemukan. Melalui untaian kata dan kekuatan emosi menggebu-gebu di dalam bait-bait puisi, menggambarkan perasaan yang dimilikinya saat itu—dari puisinya tersebut tergambarkan bagaimana ia menjadi seorang yang reklusif.
3. Thomas Pynchon
Thomas Pynchon adalah seorang penulis yang paling reklusif di antara penulis reklusif lainnya, ia bahkan hampir saja tidak dikenali. Setelah menerbitkan karya novelnya yang pertama, “V’ tahun 1963, Pychon menyembunyikan dirinya dari kejaran pers dan publikasi. Bahkan hanya sedikit foto diri yang dimilikinya, dan ia menolak untuk menghadiri berbagai undangan acara—ia pun mengirimkan seorang wakil untuk mendatangi dan mengambil penghargaan yang diterimanya melalui novel kompleks, Gravity’s Rainbow, daripada harus beranjak dari kesendiriannya. Akibat ulahnya banyak orang yang meragukan identitas Pychon—bahkan ada yang menyebutkan bahwa ia adalah J.D Salinger, bahkan ia pun tidak mau tampil di depan sebuah kamera CNN yang sedang memfilmkan dirinya di Kota New York, tahun 1997. Namun demikian pada tahun 2004 Pcyhon tampil ke permukaan atas permintaan publik—ia pun mengisi suara karakternya sendiri, di dalam serial kartun The Simpsons. Dalam serial kartun yang mendunia tersebut, wajahnya pun terlihat tidak begitu jelas,–karakter film khas kartun.
4. J. D. Salinger
Kita kesampingkan ketenarannya sebagai penulis popular di abad 21, karena sebenarnya J.D. Salinger hanya menerbitkan sebanyak 13 cerita pendek dan sebuah novel saja–dan semuanya dibuat sebelum tahun 1959. Tentu saja, salah satu novelnya yang terkenal, The Catcher in the Rye, menjelaskan semua tentangnya. Semua yang berhubungan dan membutuhkan untuk menampilkan dirinya di hadapan publik ditolaknya, termasuk wawancara mengenai novelnya. Sejak tahun 1980 Salinger menolak untuk diwawancara hingga akhir hayatnya di tahun 2010. namun ironisnya, secara mengejutkan ulah reklusif Salinger malah membukakan siapa sebenarnya dirinya kepada publik, setelah ditemukan beberapa surat pribadinya. Yakni surat-surat pribadi, yang berusaha ia sembunyikan dari upaya penulisan biografinya oleh orang lain di tahun 1986.
5. Harper Lee
Harper Lee adalah seorang penulis dengan karya popularnya, To Kill a Mocking Bird yang diterbitkan pada tahun 1960. Novelnya tersebut mengajarkan kepada publik pembaca bahwa seorang reklusif seperti Boo Radley tidak perlu ditakuti. Mengikuti langkah hidup karakter yang dibuatnya di dalam novel, Harper Lee secara sopan menolak untuk diwawancarai sejak tahun 1960’an dan hanya menghadiri sejumlah acara penting aja. Saat ini, ia sepertinya berusaha untuk senantiasa tampil bergaul dengan kalangannya—selama ia tidak harus banyak berbicara. Ketika menghadiri perhelatan Alabama Academy of Honor tahun 2007, ia mengatakan,”lebih baik diam daripada terlihat bodoh.”
6. Bill Watterson
Seorang legenda yang menciptakan Calvin & Hobbes, Bill Waterson secara tiba-tiba menyatakan pensiun dari dunia sastra pada tahun 1995—saat itu ia merasa telah berhasil memenuhi keinginannya dalam membuat karakter dalam berbagai media literasi. Semenjak itu ia berusaha menghindari untuk tampil di depan publik dan memenuhi ajakan wawancara. Ia pun menolak berbagai pihak yang mencoba membuat merchandise sosok dirinya. Bahkan ketika melakukan sebuah penandatangan di sebuah toko buku lokal, ketika mengetahui buku-bukunya terjual habis ia menolak untuk membubuhkan namanya. Di berbagai kesempatan, beberapa wartawan mencoba menemuinya, namun tidak ada yang berhasil menemukannya. Watterson hanya melanggar kenyamanannya beberapa kali, seperti melakukan sebuah wawancara dengan The Plain Dealer, itu pun dalam acara peringatan Hari jadi ke 15 Tahun perjalanan Calvin & Hobbes.
7. Don DeLillo
Dalam novelnya, Mao II, Don DeLillo, menuliskan:” Ketika seorang penulis tidak memperlihatkan wajahnya, ia akan menjadi sebuah tanda akan adanya Pendewaan sebuah popularitas.” Rupanya itu adalah pendapat yang sebenarnya dipegang oleh Don DeLillo, melalui dialog seorang karakter yang diciptakannya. Novel kedelapannya, White noise yang terbit pada tahun 1985, mengantarnya meraih penghargaan Anugerah Buku Nasional dan sukses baik secara komersial maupun dalam mencuri perhatian para kritikus sastra. Namun pada tahun 1991, dengan dipublikasikannya novel Mao II, semuanya menjadi jelas bahwa ia memiliki kelainan sosial, ia terlihat menarik diri dari lingkungan masyarakat sekitarnya. Bahkan selama enam tahun ia menghilang dari publikasi dan pergaulan sosial. Pada tahun 1997 barulah ia muncul bersamaan dengan penerbitan mahakaryanya, Underworld, setelah itu ia kembali menarik diri dari pergaulan sosial dan berbagai publikasi lainnya, untuk menuliskan karya-karya lainnya.
8. Cormac McCarthy
Peraih penghargaan bergengsi, Pulitzer, Cormac McCarthy menerima berbagai kritikan dan disebut-sebut salah satu penulis hebat dunia. Bahkan namanya semakin popular ketika karya tulisnya diadaptasikan, No Country For Old Men. Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa ia adalah seorang yang suka menyendiri dan menutupi dirinya di keramaian manusia, maka banyak yang tidak akan mengenali sosok Cormack ketika berada di keramaian publik. Selama bertahun-tahun ia menolak untuk melakukan sebuah wawancara dan bahkan menghindari undangan makan malam yang sengaja diadakan untuk menghormatinya. Namun beberapa penampilannya di depan publik terpaksa ia lakukan, seperti pada acara Academy Award, film yang merupakan sebuah adaptasi dari novel No Country For Old Men, meraih penghargaan dalam kategori Best Picture. Di selang waktu tersebut pun, ia menghadiri undangan interview dalam acara televisi yang dipandu oleh Oprah—wawancara televisi pertamanya. Setelah dua penampilannya di depan publik, ia pun menarik diri kembali, ke dalam kesunyian yang dikehendakinya.
9. J. M. Coetzee
John Maxwell Coetzee adalah salah satu dari sekian penulis yang meraih beberapa kategori penghargaan, ia pun seorang dari penulis yang suka menyendiri, menghindari kontak apapun dengan orang-orang disekitarnya. Bahkan ketika dirinya berada di dalam sebuah acara jamuan makan malam, ia bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun sejak kedatangannya. Bagaimana pun juga John, ia bukanlah pembenci manusia, ketidaksukaanya dalam lingkungan pergaulan baginya adalah cara untuk menghasilkan karya terbaik, yang nantinya memberikan kesempatan baginya untuk berbagi dengan masyarakat luas lainnya. Salah satunya ia melakukan kegiatan amal, menggalang dana untuk anak-anak di Benua Afrika yang menjadi yatim piatu, setelah orang tuanya mati akibat HIV/AIDS.
10. Denis Johnson
Kumpulan cerita pendek karya Denis Johnson, Jesus’ Son yang terbit pada tahun 1992, mendapatkan berbagai kritikan dan menarik perhatian publik sastra. Namun tahukah Anda jika, Jonhson menghabiskan waktu sebanyak dua dekade (20 tahun) untuk mengerjakan novelnya? Ya, dan karyanya adalah, Tree of Smoke, yang memenangkan Anugerah Buku Nasional, di Amerika Serikat. Dan saat itu ia hanya melakukan sebuah wawancara dan membacakan novelnya, selebihnya ia menolak untuk berbagai acara ataupun konferensi pers untuk membahas novelnya. John menghabiskan hidupnya di pinggiran Negara Bagian Arizona dan Idaho, di sanalah ia mendidik ketiga anaknya, homeschooling. Namun metode homeschoolingnya tersebut dipublikasikan di internet pada tahun 1997, sehingga demikian, menghancurkan tembok isolator yang membatasi dirinya dengan publik